Kamis, 10 Juni 2010

Bayangan Di Cermin

Sore itu hujan rintik-rintik mengantar Patrik pulang ke asrama tempat tinggalnya, dia seorang mahasiswa yang hidup jauh dari kampung halaman dan keluarganya. Dengan lelah ia meletakan tas yang penuh dengan buku diatas meja belajarnya, dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian dan segera berbaring di tempat tidurnya dengan harapan lelah yang ia rasakan segera terobati. pikirnya: 'Mengapa aku begitu lelah?', ''seandainya tadi nilai ujianku A, B atau setidaknya C, pastinya aku tidak frustasi seperti ini, frustasi ini membuat aku begitu lelah dan hanya ingin tidur saja rasanya, hmm.. tapi ujian belum selesai, besok ada 2 mata ujian yang harus kuhadapi, yah.. Tuhan tolonglah aku''.
Ia bangun dari tidurnya, menyandarkan punggungnya ke bantal dan duduk menatap cermin yang menempel di lemari tepat di depannya, ia pun mengutarakan keluhannya kepada bayangannya di cermin, dalam hatinya ia berkata : 'Hai kamu yang disana, bayanganku, apakah nasibmu sama denganku? Bagaimana kehidupanmu di duniamu? Aku tahu kalau kamu mempunyai kehidupanmu sendiri dan sekarang kamu sedang bercakap-cakap denganku bayanganmu dan akupun sedang bercakap-cakap denganmu bayanganku, iapun mendekati cermin itu dan melihat ke dalam cermin, ia menyerongkan kepalanya agar dapat melihat situasi didalam cermin itu..' Ya aku tau, kamu sedang melihat ke dalam kamarku, rasanya aku ingin memecahkan engkau cerminku.. apa katamu? Kau ingin memecahkan cerminku? Ya kita ini sama dan apa yang aku lakukan kamu juga akan melakukannya, di duniamu yang aku sebut dunia cermin dan di duniaku yang kamu sebut dunia cermin juga,'' katanya sambil tersenyum sendiri.
Ia kembali ke tempat tidurnya dan berusaha untuk beristirahat agar lelah yang ia rasakan lenyap, pikirnya, ' Kalau aku tidak istirahat, aku tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar'. Sejam berlalu namun ia masih melamun di tempat tidurnya, kembali ia menatap cermin dari tempat tidurnya dan pikirannya terbawa ke dalam khayalannya.
Dalam khayalan cermin menyapanya, 'Apa yang terjadi padamu?' Ini aku cermin teman sekamarmu, ceritakanlah padaku masalahmu. Dia menjawab cermin itu, 'Apa yang salah denganku?' Aku selalu saja merasa iri hati dengan teman-temanku bahkan akupun sering frustasi karna apa yang aku capai sangat tidak memuaskan hatiku dan lagi mengapa teman-temanku mencapai hal yang aku inginkan sedangkan aku sendiri tidak dapat mencapainya, prestasi akademik, wanita idaman, bahkan akupun iri dengan tinggi badan yang mereka miliki namun tidak aku miliki, aku selalu berusaha untuk tidak memikirkannya namun pikiran itu selalu menggangguku.
Sesaat kemudian bayangannya keluar dari cermin dan duduk di tempat tidurnya tepat di samping Patrik dan sambil tersenyum bayangan itu berkata: 'Aku ini cermin dan aku mempunyai banyak rupa, banyak orang yang melihat dirinya padaku dan aku melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh rasa iri hati yang dimilikinya, kebanyakan aku melihat hidup mereka digerakan oleh hal-hal yang tidak semestinya menggerakkan hidup mereka, rasa bersalah, benci, marah, rasa takut, materi, kedudukan, nama baik dan hal-hal lainnya, aku pun bingung dengan masing-masing mereka, apakah untuk itu tujuan hidup mereka ?"
Patrik menjawabnya dengan nada bertanya, 'Bukankah memang seperti itu kehidupan ini?', bayangan itu menatapnya dan berkata, 'Kawanku.. benar katamu, kehidupan di dunia ini memang seperti itu, tapi semuanya itu bukanlah tujuan hidup ini, Patrik kembali bertanya dengan nada penasaran, 'Kalau begitu apakah tujuan hidup itu? Katakan padaku hai kamu bayanganku. Bayangannya tersenyum dan berkata pada Patrik, "Lihatlah kehidupan manusia yang tidak digerakan tujuan, hidupnya tiada makna dan ia berusaha menyenangkan hati semua orang, aku tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk berhasil tapi apa yang mereka lakukan adalah kegagalan, kenalilah tujuan hidupmu dan biarkan hidupmu digerakan olehnya.
Sahut Patrik kepadanya, 'Hai bayanganku beritahukan padaku apakah tujuan hidupku itu? Aku ini bayanganmu masakan engkau bertanya padaku yang adalah bayanganmu.
Lihatlah seorang ibu yang menjahit pakaian yang indah, tak seorang pun tau untuk apa ibu itu membuat pakaian yang indah itu selain dia yang membuatnya, anak perempuan ibu itu bertanya kepadanya,'untuk apa ibu membuat pakaian yang indah itu', sambil tersenyum ibu itu menjawab, "Anakku yang kukasihi, aku akan membuat pakaian yang indah yang aku rencanakan untuk hari pernikahanmu nanti. "
Patrik terdiam sambil memandang bayangannya, kata bayangan itu padanya, "Mengapa engkau memandangiku? Aku tidak dapat memberitahu tujuan hidupmu hanya Dia yang menciptakanmu yang mengetahuinya, satu hal yang ingin kuberitahu kepadamu, bahwa hidupmu ini bukan mengenai kamu, tetapi bagi kemuliaanNya yang menciptakan engkau, sebab segalah sesuatu diciptakan oleh Dia dan bagi Dia. bayangan itu tersenyum dan lenyap meninggalkan Patrik.
Patrik terbangun dari tidurnya, lelahnya sudah pergi meninggalkannya, ia bangun duduk di meja belajarnya dan memanjatkan doanya, "Ya Tuhan, segala kemuliaan hanya bagiMu, kutahu hidupku hanya untuk kemuliaan namaMu, pakailah hidupKu ya Tuhan biarlah yang kulakukan hanyalah untukmu, aku akan belajar untuk ujian besok dan semua itu kupersembahkan untuk Engkau, kebersyukur untuk semua yang terjadi dalam hidupku peganglah tanganKu ya Tuhan dalam menghadapi dunia ini, ampuniku atas kelemahanku, aku membutuhkan Engkau. Amin."
Patrik membuka buku pelajarannya dan belajar dengan sukacita.



Kisah Arloji yang hilang

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.

Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu.

"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kesibukan dan kegaduhan'. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan. "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkhotbah 4:6). "


Rabu, 09 Juni 2010

Biarkanlah Ku Menyembah

Engkau tahu dihatiku
Ada sejuta rindu
Tuk selalu bersamaMu Yesusku
Ijinkanku menyenangkan hatiMu
Lewat nyanyian hatiku


Reff :
Biarkanlah kumenyembah
Walau tak dengan puisi yang indah
Biarkanlah kumenyembah
Memberikan hati ini
Ku berserah

Dengan penuh

Kasih sayang

Biarkan Tuhan aku

Menyembah

aku tak mengerti

Ketika aku jatuh, ketika aku lemah, aku tak mengetahui dari mana aku dapat tenaga untuk bangkit. Saat aku terpuruk, hatiku remuk, aku tak mengerti bagaimana aku dapat bertahan. Ada kalanya masalah besar menerpa, kumerasa putus asa, dan aku tak tahu bagaimana aku bisa menangani. Di suatu saat kedukaan melingkupiku, aku merasa rapuh, namun ada kekuatan yang membuat aku tegar. Aku merasa heran dengan apa yang terjadi padaku. Pada saat sulit aku tak tahu siapa yang membuat aku kuat. Aku tak mengetahui siapa yang menolongku. Apakah temanku? Apakah sanak saudaraku? Atau orang tuaku? Tidak mungkin, saat itu mereka juga sama denganku. Lalu siapa?

Seiring berjalannya waktu aku mempelajari sesuatu. Tentang sebuah hal yang mengherankan. Tentang sesuatu yang menguatkan. Tentang sebuah proses. Kedewasaan mendidikku menjadi pribadi yang ingin tahu. Aku mencari segala sesuatu yang tak ku ketahui. Seolah-olah seseorang mendorongku di saat aku butuh dorongan. Ada sebuah kasih yang menguatkan ketika orang-orang di sekitarku tak member dukungan. Apakah itu?
Suatu kali aku hampir terjatuh pada lobang kesalahan, namun ada tangan yang menggenggam tanganku erat sehingga aku aman. Namun, sering kali aku tak berkata ‘terima kasih’ atas bantuan itu. Namun, kasih itu tak pamrih dan selalu melindungiku. Setiap hari dan setiap waktu, kasih itu tak pernah meninggalkan aku sendiri. Kasih itu selalu menggandengku sehingga aku terhindar dari bahaya.

Hatiku semakin rindu untuk mengetahu siapa kasih itu. Mengapa dia terlalu tulus menjagaku. Mengapa tak sedikitpun ia meminta sesuatu dariku untuk imbalannya? Dan berbagai pertanyaan lain memenuhi otakku. Dan tiba-tiba terdengar suara yang memanggilku, dia berkata: “Hai anakku, mengapa kau mempersoalkan keberadaanku?”. Aku tak mengerti, aku merasa malu karena tak mengerti, aku tak mengetahui juru selamatku selama ini. Dan suara itu terdengar lagi: “Tak usah engkau kuatir, Aku ini Bapamu, Aku akan setia menjaga engkau.” Bapaku? Selama ini Diakah yang memeri penghiburan pada ku jika aku membutuhkannya? Untuk yang kesekian kalinya Bapaku berkata: ”Aku tak akan meninggalkan engkau, karena aku tinggal di hatimu.”

Biarkanlah aku menyembah Engkau Bapa. Kurasakan begitu banyak kerinduan atasMu Bapa. Bagaimana Bapa agar aku dapat menyenangkan hatiMu, mempermuliakanMu. Aku ini orang yang lemah, aku ini orang yang kecil, dunia tak mungkin dapat merasakan kehadiranku, Bapa. Lalu Ia berkata lagi: “Aku tak membutuhkan harta, Aku tak membutuhkan jabatan yang tinggi, Aku tak butuh apapun yang kau pikirkan, anakKu. Namun satu yang Aku butuh dari dirimu, yaitu kemurahan hatimu, sama seperti Aku yang murah hati,” kemurahan hati? Aku terlalu kecil untuk mengerti segala sesuatu tentangMu, Bapa. Kau terlalu heran untuk aku pikirkan. Engkau terlalu mulia untuk aku sembah. Engkau terlalu heran untuk aku mengerti, dan aku terlalu hina untuk memanggilMu, Bapa.

“Kemarilah anakKu, bukalah hatimu untuk Aku. Maka Aku akan masuk di hatimu. Aku sendiri yang akan mengajarimu bagaimana mengenal Aku. Aku sendiri yang akan melayakkanMu masuk di hadiratKu, karena kamu sudah diampuni seiring kematianKu di kayu salib. Aku sendiri yang akan menyertai perjalanan hidupMu sampai engkau tiba di KerajaanKu. Asal engkau mempersilahkan aku masuk di hatimu untuk memperbaiki keadaanmu saat ini.”

Iya Bapa aku membuka hatiku, masuklah di dalamnya. Tinggallah di hatiku, sehingga aku tahu Engkau selalu bersamaku. Engkaulah Bapaku yang hebat, sungguh luar biasa Engkau Bapa. Aku mau mengikuti jalan kasihMu Bapa. Karena aku ada sebagaimana Engkau ada. Aku yakin Bapa engkau selalu menolongku. Ya, Bapa, sesungguhnya aku rindu beserta Engkau. Ijinkan aku berjalan denganMu.